Indonesia
Gamereactor
review serial
After Life S3 (Netflix)

After Life - Season 3

Serial komedi populer Ricky Gervais kini telah berakhir, dan kami punya beberapa pandangan soal season terakhirnya.

Setelah tiga season dan banyak lelucon yang mengejutkan namun juga lucu, After Life, acara komedi populer dari komedian Ricky Gervais, kini telah berakhir. Banyak dianggap sebagai acara komedi UK yang paling banyak ditonton dekade ini, dengan serial ini meraih hingga 100 juta penonton di Netflix (menurut Gervais), acara ini mengikuti perjalanan Tony Johnson, seorang duda, dalam melanjutkan hidupnya setelah istrinya meninggal secara tragis. Serial ini personal dan kecil baik dalam hal lokasi maupun lingkup, namun juga membahas beragam topik mendalam dan sulit, termasuk kematian, bunuh diri, kesepian, dan masih banyak lagi. Pendekatannya dilakukan dengan gaya komedi teguh khas Gervais, menjadikan seri ini lucu dan sedikit sadis, namun di saat yang sama juga emosional dan hangat.

HQ

Setelah menonton seri terakhir ini, saya merasa sedikit bimbang. After Life Season 3 memiliki beberapa adegan paling mengena yang pernah saya tonton selama beberapa lama, namun hal ini sedikit diimbangi dengan beberapa jalan cerita yang telah dirampungkan dengan sedikit terburu-buru dan kurang kreatif. Pertama-tama, sisi positifnya: Gervais telah menangani apa yang Tony tampilkan di layar dengan sangat baik. Karakter ini nampak seperti refleksi sang komedian sendiri, karena ia tanpa filter dan mengumpat dengan beberapa cara paling kreatif untuk menyampaikan lelucon-lelucon yang tak ternilai namun kebanyakan vulgar, yang akan membuatmu kehilangan kata-kata atau tertawa terbahak-bahak. Namun, untuk memanusiakan karakter ini dan membuatmu berempati dengan situasi yang ia hadapi, Gervais menaruh Tony dalam berbagai skenario yang kompleks secara emosi, seperti mengunjungi rumah sakit akhir-hidup untuk anak-anak, dimana ia bertemu dengan seorang anak lelaki yang menjungkirbalikkan pandangan Tony terhadap dunia. Semua ini untuk membawa sifat simpati dan baik karakter ini ke permukaan.

Usaha naratif ini dapat dilihat juga di beberapa karakter lain. Kath-nya Diane Morgan telah diberikan fokus besar sepanjang perjalanannya untuk menerima kesepian dan berjuang melewati hal ini dalam sebuah dunia yang nampaknya tidak mengerti apa yang sedang ia hadapi. Begitu juga dengan Emma-nya Ashley Jensen yang sepanjang season berangsur menerima bahwa ia dan Tony tidak akan bisa menjalin hubungan, karena rasa cinta Tony yang amat teguh pada mendiang istrinya, Lisa, dan dengan pemahaman ini Emma benar-benar terpuruk, hanya untuk diselamatkan karena sebuah pertemuan mujur.

Di saat yang sama, ada beberapa aspek dari seri ini yang gagal dan benar-benar meleset. Pat si tukang pos yang diperankan oleh Joe Wilkinson menghabiskan sepanjang season dengan berjuang menerima bahwa pacarnya, Roxy, masih bekerja sebagai seorang pelacur, dan meski jalan cerita ini punya potensi, fakta bahwa Roisin Conaty tidak kembali untuk menyampaikan cerita dari sisi Roxy berarti narasi ini kehilangan satu perspektif penting, yang membuatnya kekurangan substansi. Dan dalam banyak hal, inilah yang membuat season ini terbelah. Antara kamu akan benar-benar masuk dan terhibur dengan kecerdasan yang membuat After Life terkenal, atau kamu akan kehilangan minat karena jalan cerita yang tumpul dan tidak penting, yang hanya ada di sini untuk memberikan tiap karakter konklusi.

Ini adalah iklan:
After Life S3 (Netflix)After Life S3 (Netflix)

Bahkan, ada beberapa bagian acara ini yang terasa dipaksakan. Tanpa membahas terlalu detail agar tidak membocorkan spoiler, adegan terakhir benar-benar gagal memberikan penutup yang memuaskan, meski episode terakhirnya secara keseluruhan dipenuhi oleh beberapa pengembangan karakter paling bagus yang pernah kita lihat di sepanjang sejarah serial ini. Menimbang hal ini, saya tidak bisa melihat season ketiga ini sebagai season terbaik After Life karena inkonsistensi yang amat jelas di setiap episodenya.

Meski begitu, season ketiga After Life masih menjadi salah satu acara komedi terbaik di Netflix hingga saat ini. Memang acara ini bukan acara yang sempurna, juga bukan karya paling baik yang pernah kita lihat dari Gervais. Bisa dibilang season ini mungkin akan lebih baik jika lebih dimatangkan lagi untuk memperbaiki masalah-masalah besarnya, karena acara ini pantas selesai dalam posisi setinggi ketika ia dimulai. Namun, jika kamu bisa tahan dengan bahasanya yang amat kasar dan jorok, maka After Life tetaplah sebuah serial yang bagus, lucu, dan akan menaik-turunkan emosimu, serta layak ditonton dari awal sampai akhir dalam waktu seminggu.

After Life S3 (Netflix)
Ini adalah iklan:
After Life S3 (Netflix)After Life S3 (Netflix)
07 Gamereactor Indonesia
7 / 10
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait

0
After Life - Season 3

After Life - Season 3

TEKS SERIES. Ditulis oleh Ben Lyons

Serial komedi populer Ricky Gervais kini telah berakhir, dan kami punya beberapa pandangan soal season terakhirnya.



Loading next content