Indonesia
Gamereactor
teks hardware

Oculus Quest 2

Berdiri di atas fondasi Quest pertama, Quest 2 menawarkan generasi baru virtual reality yang nirkabel dan mudah digunakan.

HQ
HQ

Virtual reality sering terlihat sebagai teknologi yang sulit dijangkau oleh konsumen biasa. Headsetnya biasanya sangat mahal, dan membutuhkan komputer canggih yang mampu menjalankannya dengan efektif. Ditambah lagi kabel-kabel dan pengaturannya, yang makin membuatnya tidak menarik untuk konsumen biasa yang lebih suka teknologi mereka simpel dan rapi. Oculus memperhatikan semua ini, dan memproduksi headset yang sama-sama ramah konsumen dan terlihat cantik, sebuah headset bernama Oculus Quest.

Tahun kemarin, kami telah melihat apa yang ditawarkan oleh headset ini, namun sekarang datang si anak baru—iterasi kedua Quest, yang diperbaharui untuk mengikuti teknologi tahun 2020. Ialah Oculus Quest 2. Didesain untuk hiburan, Oculus Quest 2 adalah headset yang dibangun dengan fitur yang aksesibel agar semua orang bisa mudah mengambil dan menggunakannya. Namun, bagaimana performanya? Apakah penggunaannya semudah yang diimplikasikan oleh desainnya? Dan bagaimana jika ia dibandingkan dengan headset-headset yang lebih mahal? Saya mencoba sendiri untuk mencari tahu jawaban akan semua ini, dan menggunakan poin-poin kritik dari review Quest 1 kami untuk membandingkan keduanya secara langsung.

Oculus Quest 2Oculus Quest 2
Ini adalah iklan:

Tampilan, kenyamanan, dan ergonomi

Quest 2 tampil layaknya pendahulunya, namun sekarang dalam warna putih. Saat kamu pertama membuka kotaknya, sekali lagi tidak banyak yang bisa dilihat selain headsetnya, kedua kontroler Touch, adaptor, dan kotak kecil berisi berbagai brosur serta satu kabel charger. Headsetnya sendiri terlihat hampir seperti replika Quest 1, dengan perbedaan utamanya adalah Quest 2 berukuran lebih kecil. Masih ada tiga tali kain yang bisa diatur yang tersambung dengan alasnya, dan empat mata seperti laba-laba di luar yang digunakan sebagai kamera untuk beragam fitur keamanan yang tersedia di Quest 2, yang akan saya bahas nanti. Busa di sekitar goggles-nya, begitu juga dengan goggles-nya sendiri, diintegrasikan dengan sangat baik dan memberikan headset ini tampilan yang rapi.

Saat menggunakan headset ini, yang pertama mampir di otak saya adalah betapa nyamannya headset ini dipakai. Ergonomi headset ini membuatnya bisa terpasang dengan mudah ke wajah, dan jika kamu merasa tidak nyaman, kamu bisa dengan mudah mengatur ukurannya dengan tali-tali yang mudah diatur di atas dan di samping headset. Selain itu, Quest 2 pun sangat ringan dan tidak terlalu terasa saat digunakan, cocok untuk sesi bermain panjang yang biasanya berakhir dengan keringat yang banyak jika menggunakan headset yang lebih besar.

Quest 2 juga memiliki pengatur ruang untuk kacamata, yang bisa dipasang dengan mudah dengan melepas busa di bagian depannya dan memasangnya di antara visor dan pelindung busa. Akan tetapi, Quest 2 tidak memiliki pengatur fokus, hanya goggles yang bisa diatur sedikit untuk disesuaikan dengan jarak antara matamu. Namun di sini, fokus bukanlah masalah yang terlalu besar. Malahan, Oculus telah bekerja dengan baik untuk mengatasi hal ini, namun tetap saja ada saja waktu-waktu dimana sedikit pengaturan saja akan membawa perbedaan besar.

Ini adalah iklan:
Oculus Quest 2

Antarmuka, sensor, dan kontrol

Layaknya Quest 1, pengaturan Quest 2 pun sangat sederhana; kamu hanya memerlukan smartphone dengan kemampuan Bluetooth. Instruksi di boksnya memberikan panduan pengaturan dasar, dan saat headset ini sudah diaktifkan, sebuah panduan yang lebih aktif dan komprehensif akan mengambil alih untuk memastikan Quest 2 siap digunakan.

Sepanjang panduan ini, kamu akan diminta untuk mengatur sistem Guardian, yang dibangun dari sistem di Quest 1, dan diminta untuk menandai area main yang aman untuk digunakan headset ini sebagai batas peringatan jika kamu terlalu semangat bermain. Idealnya, sistem Guardian ini lebih suka jika mereka punya ruang seluas mungkin, namun saya bisa mengatur area yang agak sempit tanpa harus khawatir. Jika saya hampir melewati batas, sebuah sistem grid akan muncul, atau jika saya sudah di tepi, kamera luar akan memperlihatkan ruangan tempat saya berada sekarang, memungkinkan saya untuk kembali ke area yang aman dengan mudah.

Meski sistem Guardian bekerja dengan sangat baik, yang jadi pahlawan di sini adalah sensor-sensor Quest 2 yang begitu akurat sampai saya ingin menaruh sensor-sensor ini di semua barang saya—dengan ini, mungkin saya tidak akan pernah lupa lagi dimana saya menaruh dompet. Sensor-sensor ini mencatat gerakanmu, ruang di sekitarmu, dan dimana kontroler Touch berada, sehingga kamu tidak harus melepas headset untuk mencari barang-barang itu. Intinya, sensor-sensor ini memungkinkanmu untuk tidak melepas Quest 2 selama kamu bermain. Nah, hal ini sangat bagus mengingat perangkat ini didesain dengan imersi maksimal. Sensor-sensor ini juga tidak menunjukkan lag masukan yang berarti dan terasa mengalir begitu saja saat digunakan, tak peduli game ataupun platform hiburan apa yang kamu gunakan.

Omong-omong soal platform, antarmuka Quest 2 juga dibuat dengan baik, dengan desain yang simpel. Memanggil menu utama sangat mudah dilakukan dan mengoperasikannya juga sama mudahnya. Semua hal di sini dilabeli dan ditampilkan dengan jelas serta mudah dicari, yang membuat pengalaman menu utamanya memuaskan dan sama sekali tidak memusingkan,

Oculus Quest 2Oculus Quest 2

Kontroler Touch Oculus

Kontroler adalah alasan utama mengapa virtual reality bisa sedikit menyusahkan, karena terbelit kabel akan dengan cepat membawamu kembali ke dunia nyata. Dengan kontroler Touch Quest 2, hal ini hilang sepenuhnya. Kontroler-kontroler ini menawarkan ergonomi yang sangat baik dan pas di tangan, dan dengan tali pengamannya, berakhir sudah masa-masa dimana kita khawatir akan melemparkan kontroler gerak melintasi ruangan (mungkin kita harus berterimakasih pada Nintendo Wii untuk ini).

Kontroler-kontroler ini memiliki stik, pelatuk, dan tombol-tombol analog yang mudah digunakan dan cepat untuk dipelajari. Namun, yang jadi bintang di sini adalah tombol Oculus yang memiliki banyak fungsi. Pertama, ia berfungsi sebagai tombol home yang akan membawamu kembali ke dashboard Quest, namun tombol ini juga berfungsi sebagai tombol pengatur ulang yang bisa dipencet kapan saja untuk membuat UI atau gambar di headsetnya kembali ke tengah, tanpa peduli posisimu atau ke arah mana kamu menghadap. Intinya, jika gambarnya sedikit miring, pencet tombol Oculus, reset gambarnya, dan kamu bisa kembali bermain.

Oculus Quest 2

Software dan performa

Telah disinggung sebelumnya di review Quest 1 bahwa, dengan desain nirkabel dan harganya yang lumayan murah, performa Rift tidak bisa disaingi. Namun, seperti sudah disebut sebelumnya, kamu tidak memerlukan PC yang kuat untuk menjalankan Quest sehingga produk ini pun lebih aksesibel.

Quest 2 memiliki prosesor Qualcomm Snapdragon XR2 dan RAM yang melebihi iterasi pertamanya sehingga ia memiliki refresh rate lebih tinggi (dukungan 90Hz akan segera tersedia) dengan layar beresolusi lebih tinggi. Layarnya sendiri adalah layar LCD fast-switch yang menawarkan resolusi 1832x1920 per mata—sebuah peningkatan signifikan dari Quest 1. Yang jelas, jika dibandingkan dengan headset VR yang lebih mahal, Quest 2 kurang cocok untuk game tingkat tinggi, namun bukan berarti ia tidak bekerja dengan baik, apalagi mengingat betapa ringan dan mudahnya ia untuk dioperasikan.

Visual dalam headsetnya menyesuaikan dengan gerakan pemain, sehingga kamu bisa melongok ke mana saja dan Quest 2 akan mengikuti dengan sistem tracking internalnya yang fantastis. Sistem ini juga membantu mengurangi mual—satu hal yang selalu saya alami saat bermain VR, meskipun gambarnya yang berkualitas rendah membantu mengurangi juga. Secara pribadi, saya tidak mengalami mual berlebihan saat menggunakan Quest 2, bahkan ketika hal ini berusaha digagalkan oleh streaming video atau memainkan game yang beralur cepat. Saya bisa mengatakan bahwa menggunakan Quest 2 untuk menonton Netflix atau YouTube mungkin bukanlah hal yang tepat, karena masih lebih asyik menonton di HD atau 4K.

Oculus Quest 2Oculus Quest 2

Salah satu kelebihan headset ini tentu saja sistem audio surround sound spasial yang sudah dibangun di dalamnya, yang menawarkan cara menikmati Quest 2 tanpa memerlukan headphone. Tentu saja, dengan menggunakan headphone yang terhubung dengan jack audio 3.5mm kita akan mendapatkan imersi maksimal, namun sistem audio spasial ini bekerja bagus untuk produk yang sifatnya ambil-dan-mainkan ini. Headset ini juga memiliki mikrofon agar kamu bisa berkomunikasi dengan kawan atau menggunakan fitur pencarian dengan suara.

Kekurangan terbesar Quest 2 adalah ukuran baterainya dan bagaimana hal ini membatasi permainan. Headsetnya bisa bekerja selama 2-3 jam tergantung hiburan jenis apa yang kamu konsumsi, yang kurang lebih setara dengan satu film panjang atau dua jam Beat Saber. Baterainya akan terisi penuh dalam sekitar 2,5 jam, namun tetap saja rasanya kurang.

Untuk poin terakhir performa, Quest 2 hadir dengan 2 ukuran memori, 64GB dan 256GB, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan. Dengan ukuran titel-titel yang biasanya dimainkan (Quest 2 punya banyak pilihan karena kemampuannya memainkan titel Rift dengan kabel Oculus Link yang bisa dibeli terpisah dan PC yang mumpuni), ukuran memori ini tidak terlalu membawa masalah. Namun jika kamu mengambil model dengan memori lebih besar, kamu akan harus mengeluarkan £100 (sekitar Rp1,9 juta) ekstra.

Oculus Quest 2

Kesimpulan

Oculus Quest 2 adalah produk yang sangat bagus jika kamu tertarik dengan VR, namun tidak mau terlalu berkomitmen dengan membeli banyak peralatan. Dengan proses mulainya yang simpel, nihilnya kabel, dan antarmukanya yang mudah dipelajari, produk ini sangat cocok untuk pemain game VR kasual di segala usia. Mempertimbangkan hal itu, Quest 2 bukanlah pilihan tepat untuk mereka yang mencari pengganti HTC Vive atau Rift, karena definisi gambar yang lebih rendah, refresh rate yang terbatas, dan ukuran baterai yang kecil akan mengganggu imersi.

Di sisi lain, saya sangat menyukai headset ini. Saya senang bagaimana ia menawarkan pengalaman ambil-dan-mainkan, dan sistem Guardiannya, sensor-sensornya yang brilian, dan kontroler Touch-nya yang terasa enak dipakai membuat saya menganggap VR tidak terlalu merepotkan. Untuk saya, hal ini adalah kelebihan besar dan alasan utama mengapa Oculus Quest 2 membuat saya kaget saat pertama saya mencoba. Untuk para elit VR, headset ini mungkin akan membuatmu menginginkan lebih, namun saya percaya produk ini punya masa depan yang cerah, yang membuat saya mengantisipasi kemana teknologi ini akan membawa kita dalam beberapa tahun mendatang.

HQ
09 Gamereactor Indonesia
9 / 10
+
Sangat mudah digunakan, nirkabel yang memberikan kebebasan dalam bermain, kontrolernya enak digunakan, sensornya luar biasa, dan desainnya ringan serta sangat nyaman dipakai.
-
Usia baterainya sedikit kurang panjang, definisi gambar dan refresh rate-nya yang rendah akan membuat penggemar VR menghindar.
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara


Loading next content