Indonesia
Gamereactor
artikel

Serangan Microsoft

Jadi, sudah jelas bahwa Microsoft akan membeli Activision Blizzard kurang dari setahun setelah kesepakatan dengan Bethesda rampung. Apakah konsekuensinya untuk industri gaming?

HQ

Bulan September tahun lalu, kami melaporkan soal rumor bahwa ada sebuah hal besar yang tengah dalam pengerjaan. Beberapa analis dan orang dalam bergosip bahwa ada sebuah akuisisi besar yang akan terjadi, tanpa ingin lebih spesifik. Karena sebelumnya telah ada rumor-rumor soal pengambilalihan Sega dan Take-Two, di antara yang lainnya, keduanya amat dekat, dan Microsoft adalah pihak yang paling mungkin membeli karena merekalah yang memiliki dana yang cukup untuk kesepakatan ini, hal yang sebelumnya sudah kita lihat dengan Bethesda/ZeniMax.

Namun ingatan memang pendek, dan relatif sedikit orang yang masih ingat soal rumor tersebut saat bom-nya meledak siang ini; Microsoft bermaksud membeli Activision Blizzard. Pembelian Bethesda mungkin memang besar, namun yang ini delapan kali lebih besar secara finansial. Bethesda memang memiliki game yang telah terjual lebih dari 30 juta kopi, namun Activision merilis game dengan skala sebesar itu setiap tahunnya dengan seri Call of Duty mereka.

Serangan Microsoft

Selain itu, ada juga seri-seri seperti Crash Bandicoot, Guitar Hero, Spyro, Sekiro, Tony Hawk, dan masih banyak lagi. Game-game ini dikembangkan oleh studio-studio seperti Beenox, Demonware, Digital Legends, High Moon Studios, Infinity Ward, Major League Gaming, Radical Entertainment, Raven Software, Sledgehammer Games, Toys for Bob, dan Treyarch, juga yang lain-lain, yang kini turut memperkuat kapabilitas pengembangan Microsoft.

Ini adalah iklan:

Ini belum termasuk satu yang mungkin akan paling menarik perhatian kalian, Blizzard. Mantan raksasa ini sudah lama tidak seperti dirinya sendiri, dan memiliki banyak masalah dengan lingkungan kerja yang toksik dan pengumuman-pengumuman yang tidak diminta, lalu gagal menyajikan kualitas yang dijanjikan. Meski begitu, mereka memiliki segudang harta karun berupa franchise-franchise kesayangan seperti Diablo, Overwatch, Starcraft, dan Warcraft.

Serangan Microsoft

Hal itu rasanya mungkin adalah bagian terpenting dari pembelian besar ini, karena artinya mudah-mudahan kini Blizzard bisa lepas dari kontrol langsung Activision, yang sekarang berada di bawah Microsoft. Hal ini seharusnya memberikan Blizzard kedamaian dan kesunyian yang dibutuhkan untuk membuat titel-titel kesayangan khas mereka, dan tidak cuma merilis game megabintang tahunan dengan premis yang sama seperti Call of Duty, sesuatu yang juga disetujui Jason Schreier, seorang jurnalis.

Sebelum saya membahas lebih jauh soal ini, saya rasa kita juga perlu membicarakan soal King. Pembuat game smartphone yang dulunya Swedia ini adalah subjek pembelian terbesar di dunia saat tahun 2015 lalu Activision Blizzard membeli mereka seharga $5.9 milyar (sekitar Rp84.6 triliun). Mereka paling dikenal lewat Candy Crush, namun juga memiliki game-game papan atas lainnya yang membawa pulang uang yang sangat besar jumlahnya.

Ini adalah iklan:
Serangan Microsoft

Seperti saat Bethesda dibeli, diskusi soal game-game eksklusif nampak memenuhi media sosial. Tidak seperti saat pembelian Bethesda, saat banyak yang percaya (atau malah mengharapkan) bahwa game-game besar mereka akan terus dirilis terutama untuk PlayStation seperti biasa, banyak yang nampak telah menerima ide bahwa game-game Microsoft akan eksklusif untuk format yang dijagokan oleh Microsoft, namun masih ada juga yang berharap bahwa game-game ini akan terus dirilis untuk PlayStation, bahkan di masa depan.

Pada akhirnya, simpel saja, Activision Blizzard telah dibanderol $68.7 milyar (sekitar Rp984.8 trilyun). Dengan uang sebanyak ini, kamu bisa membeli delapan Bethesda dan mendapat Mojang sebagai pelengkapnya. Untuk Bethesda sendiri, tak masuk akal membeli perusahaan ini seharga itu jika kamu hanya ingin semua berlanjut seperti biasa. Lagipula, game-game Call of Duty sudah hadir di Xbox. Jika mereka hanya ingin memasukkan game-game ini ke Game Pass, mereka bisa saja membayar tiap tahun dan mendapatkan game-game selanjutnya di seri ini dengan harga tak seberapa. Bukan juga game-game klasik lawas atau titel-titel seperti Crash Bandicoot dan Guitar Hero yang membuat Microsoft ingin mengeluarkan uang sebanyak itu, melainkan kesempatan untuk membuat ekosistem atraktif milik mereka sendiri.

Serangan Microsoft

Sebagaimana lazimnya dengan akuisisi sebesar ini, masih perlu waktu sampai efeknya terasa dalam skala besar (yang lebih dari sekadar penambahan game lama ke Xbox Game Pass). Bandingkan dengan Bethesda, yang Microsoft umumkan akan mereka beli tahun 2020, hingga kesepakatan ini dirampungkan hampir setahun lalu. Hingga saat ini, belum ada game eksklusif yang dirilis untuk Xbox—namun satu telah dirilis untuk PlayStation 5 (Deathloop), dan satu lagi (Ghostwire Tokyo) akan segera hadir di konsol-konsol Sony. Game eksklusif pertama Microsoft dari Bethesda, Starfield, tidak akan dirilis hingga November mendatang.

Singkatnya, kita bisa mengira bahwa game-game dari Activision Blizzard akan menjadi game eksklusif di masa depan, kecuali titel-titel yang telah tersedia untuk format lain. Dengan begitu, Overwatch akan terus di-update di PlayStation, Call of Duty: Warzone akan terus bisa dimainkan di konsol-konsol Sony, dan koleksi Diablo mungkin akan tetap dirilis di Switch, layaknya Quake. Meski begitu, ada perkecualian berupa Microsoft yang memilih untuk menghargai kontrak yang telah dibuat saat mereka membeli Bethesda (yang menjelaskan mengapa kedua game PlayStation 5 tersebut masih bersifat eksklusif sementara).

Serangan Microsoft

Sony telah memegang hak pemasaran seri Call of Duty sejak dahulu. Sampai kapan hal ini akan terus berjalan dan bagaimana strukturnya nanti bukanlah informasi publik, namun jika Microsoft mengikuti prinsip kesepakatan yang sama, Call of Duty bisa lanjut dirilis di konsol-konsol PlayStation untuk beberapa tahun ke depan, dan mungkin dengan sejenis eksklusivitas juga. Setelah itu, mungkin paling cepat sekitar 2023 (tergantung kesepakatannya, dan melanggar kesepakatan ini akan menghabiskan uang dan dianggap tidak adil), Call of Duty bisa jadi akan menjadi seri eksklusif untuk PC dan Xbox.

Satu perubahan besar yang saya rasa akan datang dari sini adalah perombakan besar-besaran Battle.net. Microsoft menjual game mereka lewat Microsoft Store (PC dan Xbox) serta Steam, dan tentu saja mereka ingin melanjutkan hal ini dengan titel-titel Activision dan Blizzard, dan saya melihat bahwa melakukan hal ini hanya lewat Battle.net tidak mungkin terjadi. Dan langkah dari sini ke Steam pun sangat kecil, sehingga beberapa game mungkin akan kembali ke layanan Valve ini. Battle.net mungkin akan bertahan, namun mungkin tidak akan memiliki fungsi lebih dari sekadar untuk mengakses titel-titel Activision Blizzard di masa depan.

Serangan Microsoft

Setelah membahas semua itu, kini waktunya kita berfokus pada hal yang telah banyak dipertanyakan. Tentu saja, mengingat Microsoft telah membeli raksasa yang goyah. Call of Duty tahun ini terasa basi, Blizzard punya segudang masalah, keseluruhan perusahaannya nampak dirundung iklim kerja yang toksik, dan mereka memiliki eksekutif top (Bobby Kotick) yang bisa dibilang adalah orang yang paling tidak disukai para gamer di industri ini. Dalam sebuah post di Xbox Wire, bos Xbox Phil Spencer menulis hal ini:

"Sebagai sebuah perusahaan, Microsoft berkomitmen pada perjalanan kami untuk inklusivitas dalam semua aspek gaming, baik dari sisi karyawan maupun pemain. Kami sangat menghargai kultur masing-masing studio. Kami juga percaya bahwa kesuksesan kreatif dan otonomi sejalan dengan memperlakukan semua orang dengan penghargaan dan penghormatan. Kami menanti untuk dapat memperluas kultur inklusi proaktif kami ke tim-tim di Activision Blizzard."

Ia juga menambahkan bahwa hingga kesepakatan ini dirampungkan, Activision Blizzard adalah sebuah perusahaan terpisah yang tidak ada hubungannya dengan Microsoft:

"Hingga transaksi ini diselesaikan, Activision Blizzard dan Microsoft Gaming akan terus beroperasi secara independen. Setelah kesepakatan rampung, secara bisnis Activision Blizzard akan melapor kepada saya sebagai CEO Microsoft Gaming."

Saya tidak bisa mengartikan hal ini selain sebagai berita buruk untuk manajemen tingkat atas Activision, yang akan dirombak, dan semoga saja tidak banyak manajemen atas-bawah di masa depan. Konsekuensi lainnya adalah, saya rasa Call of Duty tahunan mungkin akan tinggal sejarah. Tim-timnya akan diberi waktu lebih banyak untuk merilis game-game yang lebih bagus dan mereka akan dapat mencoba ide-ide baru. Kita juga bisa membayangkan bahwa tim-tim ini juga ingin melakukan hal lain, misalnya, bagaimana jika Halo dikembangkan oleh Infinity Ward? Mungkin Joanna Dark bisa menjadi karakter tamu di Overwatch? Dan mengapa tidak meminta Toys for Bob (Crash Bandicoot 4: It's About Time) membuat game Banjo Kazooie yang telah diminta para pemain selama sekian lama?

Serangan Microsoft

Satu tebakan yang masuk akal adalah kesepakatan ini akan rampung sekitar musim gugur mendatang, dan kita akan mendapat sebuah event yang ditayangkan lewat streaming seperti saat pembelian Bethesda lalu. Hingga saat itu, Microsoft tidak akan mencoba mengontrol Activision Blizzard dengan cara apa pun. Konsekuensi-konsekuensi besar ini, seperti saya bahas sebelumnya, akan disadari bertahun-tahun lagi. Pembuatan sebuah game blockbuster memerlukan waktu setidaknya tiga atau empat tahun, dan jika kepemilikan Microsoft akan resmi bulan Oktober, game blockbuster pertama yang dibuat sepenuhnya di bawah arahan Phil Spencer tidak akan dirilis hingga setidaknya 2026, dengan asumsi bahwa studio yang mengembangkannya akan memulai proyek di hari pertama kepemilikan Microsoft.

Fakta bahwa hal ini akan memberikan dampak besar sudah tidak diragukan lagi. Namun jangkauannya, dan bagaimana dampak yang diberikan olehnya, bukanlah sesuatu yang bisa kita jawab hingga akhir generasi ini.



Loading next content