Indonesia
Gamereactor
review film
Venom: Let There Be Carnage

Venom: Let There Be Carnage

Sekuel dari Venom yang menjadi sebuah bencana.

HQ

Tiga tahun terlewati semenjak Venom memiliki film tersendiri. Para kritikus membencinya, namun sebagian besar penikmat film tidak setuju sampai terkonfirmasi akan adanya sekuel. Tibalah waktunya untuk Venom menghadapi sesama symbiote menyeramkan; Carnage.

Dalam Venom: Let There Be Carnage, Eddie Brock melanjutkan hidup dengan alien di dalam tubuhnya yang membuat hidupnya lebih baik serta lebih buruk juga. Eddie mulai bertemu dengan pembunuh berantai Cletus Kasady, yang diperankan oleh Woody Harrelson, untuk mencari tahu di mana saja korban pembunuhannya dikubur. Bersama Venom di dalam tubuhnya, menemukan lokasi tersebut menjadi mudah dan membuat Eddie dikerubungi oleh media karena mampu memecahkan misteri yang tidak bisa terungkap oleh polisi. Semua terasa begitu lancar bagi Eddie hingga suatu hari mantan kekasihnya, Anne datang dan mengungkapkan sesuatu yang menghancurkan hidupnya. Sementara itu ia sudah terlalu dekat dengan Kasady menyebabkan ia mendapatkan sebagian symbiote di dalamnya dan mengubahnya menjadi Carnage.

Special effect setidaknya mengagumkan dan baik Carnage maupun Venom terlihat memukau. Tidak seperti film superhero lainnya, Venom: Let There Be Carnage merupakan sebuah film lucu. Dengan durasi 97 menit membuatnya sebagai film superhero terpendek setelah Fantastic Four: Rise of the Silver Surfer dan sangat terasa bagaimana ini merusak file tersebut. Saya memang tidak suka Venom (2018) dan lebih memilih untuk meninggalkan bioskop, namun untuk film ini saya rasa sekuel ini akan lebih berkesan dengan durasi lebih panjang. Semua terasa begitu cepat dan karakter baru seperti Cletus Kasady , kekasihnya Frances Barrison dan Detective Mulligan benar-benar terasa kurang dikembangkan. Beberapa motif mereka bahkan sangat tidak bisa dipahami, contohnya peran Mulligan yang bisa saja dihilangkan tanpa mengubah cerita. Sebagai penonton, kita juga tidak dibuat mengerti kenapa Kasady begitu marahnya kepada Eddie di mana hal tersebutlah inti dari film ini.

Ini adalah iklan:
Venom: Let There Be Carnage

Seperti pendahulunya, Venom: Let There Be Carnage penuh dengan kesenjangan logis.Tanpa penjelasan, Carnage mampu menciptakan angin puyuh begitu saja dan melewati ruangan tersempit, membuat skrip terasa bodoh dan seperti bisa melakukan apapun yang diinginkan penulis. Hal yang bahkan Venom tidak bisa lakukan. Ditambah lagi dengan fakta bahwa sama seperti Venom dan Eddie, Carnage dan Cletus saling terpisah namun kurang diangkat dan berbeda dari Eddie, Cletus seperti tidak terpengaruh hingga akhir.

Meskipun saya rasa film ini berantakan dari awal hingga akhir, sepertinya masih banyak penonton yang akan terhibur. Lagipula, banyak yang menyukai humor dari film pertama dan ini tidak berubah meski adanya perubahan arah. Secara pribadi, saya tidak mengira ini akan berhasil dan saya masih merasakan hal yang sama. Namun jika menurutmu film pendahulu cukup lucu, kemungkinan kamu tetap bisa menikmati sekuel ini dan tidak menghiraukan kekurangannya. Tapi jika film pertama bukan untukmu, maka begitu pula dengan yang satu ini.

Kesimpulannya, saya merasa Venom: Let There Be Carnage merupakan film yang kacau sekacau film pertamanya. Karakter yang kurang dikembangkan dan bertingkah bodoh, skrip yang tidak logis dan terlalu pendek untuk memberikan ruang bagi tiap kejadian dan motif. Namun, jika kamu menikmati film pertamanya atau mempersiapkan diri sebelum Venom bergabung ke dalam Marvel's Cinematic Universe, mungkin film ini patut dicoba.

Ini adalah iklan:
Venom: Let There Be Carnage
03 Gamereactor Indonesia
3 / 10
overall score
ini adalah skor dari jaringan kami. Bagaimana dengan kamu? Skor jaringan adalah rata-rata dari skor setiap negara

Teks terkait



Loading next content